Foto-Yani+DIP di seminari Ladalero Flores NTT-sep1965



Kunjungan Let.Jen A.Yani dan 

DI. Pandjaitan ke

Seminari Ledalero, Flores, NTT - 

25 Sept 1965

Seminar Katholik Ledalero di Flores NTT, merupakan rangkaian kunjungan Men.Pangad Let.Jen A.Yani ke Indonesia Timur disertai oleh Assitenya Brig.Jen D.I. Pandjaitan. Kunjungan ke Indonesia Timur ini dilakukan untuk memperkuat Pancasila dan persatuan Indonesia.  Dilakukan pada 25 September 1965.  

Seminggu kemudian, 1 Oktober 1965 Let.Jen A.Yani dan Brig.Jen DI. Pandjaitan tewas dibunuh dalam gerakan G30s/PKI. Jenazah ke 7 Pahlawan Nasional tersebut ditemukan pada 4 Oktober 1965. 

Setelah kabar duka tersebut sampai di Ledalero, maka Seminari Ledalero melalukan upacara bendera setengah tiang menghargai dan mengenang pengorbanan dan jasa jasa ke 7 pahlawan Nasional  tersebut (gambar bawah). 




Dalam ceramahnya di Seminari Tinggi Ledalero, Let.Jen A. Yani sempat mengatakan pada rektor seminari Pastor Jozef Bouman SVD: "Saya akan kembali".

Sebelumnya Let Jen A. Yani telah melakukan rangkaian kunjungan ke Indonesia Barat. Dilanjutkan dengan rangkaian kungjungan A.Yani dan DI.Pandjaitan ke Indonesia Timur, merupakan yang terakhir, karena satu minggu setelah itu mereka di fitnah dan dibunuh.

Setelah peristiwa tersebut, Rektor Seminari Ledalero, Flores NTT, yaitu Pastor Jozef Bouman  SVD. Pimpinan seminari Ledalero tersebut mengirimkan Album berisi gambar2 ini ke rumah ny. D.I. Pandjaitan di Jakarta. Suatu album berisi foto foto kunjungan Let.Jen A.Yani dan DI.Pandjaitan ke Ledalero, Flores NTT- 25 September 1965. Album tersebut dikirim ke ny. DI. Pandjaitan di Jakarta pada bulan Oktober 1965. Sampai saat ini Album tersebut tersimpan baik masih ada di rumah D.I Pandjaitan, Jakarta. 

Selain foto foto pada album, juga dituliskan butir butir ceramah Men.,Pangad Let.Jen A. Yani tentang ancaman perpecahan indonesia pada 1965 tersebut dan bagaimana seminari dan gereja Katholik dapat berperan. Berita duka ditemukan 7 pahlawan revolusi tersebut diterima di Ledalero pada tanggal 4 Oktober 1965. Dan seminari langsung melakukan upcara bendera setengah tiang mengheningkan cipta menghargai pengorbanan dn jasa jasa ke 7 pahlawan revolusi tersebut. 

Saat ini Indonesai tengah menghadapi ancaman ancaman baru yang juga dapat memecah persatuan bangsa. Semoga foto foto ini dapat bermanfaat untuk sedikit memperkuat persatuan bangsa tersebut di Negara yang sangat luas ini.

Foto dan text ceramah di tampilakan secara bergantian sesuai urutan di Album yg dikirim Rektor Seminari Ledalero Pastor Jozef Bouman  SVD, sbb:


Bawah:

Bakti:

1- Syukur bagi kunjungan

2 Rasa serta dalam kedukaan

3- Penghargaan untuk kepahlawanan

4. Belangsungkawan bagi kepergiannya ke kehidupan abadi.

Dari keluarga Seminari Tinggi
Ledalero - Flores




Bawah:
Peta Lokasi STT Ledalero, Maumere, Flores NTT

1

Bawah: 
Seminari Ledalero, 1965



Bawah:
Kompleks STT-Ledalero - 2012



Bawah:
Kota Maumere, kira 10 KM lebih dari Seminari Tinggi Ledalero, Flores NTT 2012





Bawah: 
Let.Jen A. Yani dan Rektor (pimpinan) seminari Ledalero, Pastor Jozef Bouman SVD,
Ketika hendak meninggalakan Ledalero, Pak Yani berjanji pada bapa keluarga: 
"Nanti saya datang lagi Pastor Rector! "
Ledalero Flores 25 Sep 1965.





Bawah:
Peta perjalanan ke Indonesia Timur rombongan Men.Pangad A. Yani.




Bawah:

BERITA GEMBIRA 25 Sep 2015:
Tanggal 22 Sep 1965 malam kami mendapat berita bahwa 25 Sep 1965 Men. Pangad (Meteri Panglima Angkatan Darat A.Yani) akan berkunjung dan santap siang di Ledalero.



Bawah:

Dari Sipengirim (Berita)
Kata sambutan dari bapa keluarga (pimpinan seminari) pada acara penerimaan yang mulia (istilah untk tamu pejabat tinggi setingkat Menteri pada 1960an) LetJen A. Yani, Men.Pangad Kas Koti (Menteri Panglima Angkatan Darat, Kepala Staf Komando Tertinggi era Presiden Sukarno) berserta rombongan di Ledalero Seminari Tinggi St. Paulus- 25 Sep 1965.

Atas nama keluarga seminari Tinggi St. Paulus  kami menyerukan pada kalian: "Selamat datang ke rumah kami!"

Rumah ini adalah rumah biasa. Penghuni rumah ini terlibat dalam suatu perjuangan yang murni. Pusat kehidupan seorang biarawan adalah Tuhan. Dan jalan hidupnya adalah perjuangan untuk, mendekati Tuhan, memenuhi undanganNYA, dst.



Bawah:
Pusat kehidupan seorang biarawan adalah Tuhan.



Bawah:

Dalam rumah ini pemuda pemuda dari seluruh Nusa Tenggara hidup bersama hendak menjalankan perjuangan pribadi itu dalam persatuan kawan kawan yang sama idamannya, sama semangatnya, hidup bersama dalam tata terbib tertentu berdasarkan cara hidup rohani yang telah berabad abad lamanya.




Bawah:

Disamping itu rumah kami adalah sebuah sekolah. Suatu lembaga pendidikan yang berhasrat untuk memberikan kepada masyarakat Indonesia dan masyarakat yang lain para  iman Katholik yang unggul.





Bawah:

Pendidikan seorang iman dan persiapan menjalankan tugas suci ditengah masyarakat, umumnya dimulai pada taraf sekolah menengah di seminari Menengah, yang diakhiri dengan ijasah dalam vak agama, bahasa Latin dan ijasah SMA.



Bawah;

Yang meneruskan perjalanan ke seminari Tinggi untuk menerima suatu persiapan taraf tinggi akademisi. Dua tahun permulaan diberikan pada mereka suatu training intensif dalam kehidupan rohani. Bagian pertama ini dalam seminari kami disebut: "Novisiat"




Bawah:

Sesudah itu dimulai persiapan ilmiah yang terdiri dari tiga tingkat:
Pertama: Bagian Filsahat selama 1 tahun.
Kedua Bagian KeTuhanan lamanya 4 tahun.
Ketiga: Bagian Pastoril Praktis lamanya 1 tahun.
Jadi seluruh pendidikan lamanya 7 (tujuh) tahun.



Bawah:

Perhatian istimewa diberikan pada kebudayaan Nasional, terlebih dalam lapangan musik dan tarian daerah dan lagi khusus untuk hal hal purbakala (Arkeologi).



Bawah:

Akhirnya rumah kami menjadi pusat bagi mereka yang telah bekerj di tengah masyarakat. Rumah Perbekalan.

Seperti tentara di garis depan pada waktunya harus ditarik kembali untuk beristirahat menjadi bekal mental baru, sedemikian para iman dari wilayah ini dan seluruh FLores datang ke Ledalero untuk beristirahat mencari bekal rohani guan meneruskan perjuangan untuk membangun masyarakat.





Bawah:

Kalau kita sependapat bahwa pendidikan mental adalah terpenting pada pembangunan masyarakat kita sesuai dengan Garis Garis Besar yang digoreskan PEMIMPIN BESAR REVOLUSI (Bung Karno) kita, maka ternyatalah bahwa fungsi seorang iman adalah semata mata sosial, adalah semata mata sumbangan asasi pada membangun masyarakat dan bangsa yang ber PANTJASILA.



Bawah:

DARI PAK YANI:

"Kita ingin merdeka penuh dalam segala lapangan"

"Waspada terhadap Subversi!"

"Bangsa yang kehilangan pemimpinnya akan lumpuh dalam waktu yang lama"

"Sebenarnya pastor pastor itu tudak buruk"

"Agama mampu mempersatukan bangsa. Dan dalam lapangan inilah para pastor pastor mempunyai kemampuan besar."


25 September 1965
Ledalero




Bawah:

Ketika yang mulia (istilah tamu pejabat setingkat menteri pada 1960an) tiba di Ledalero, beliau disambut bapa keluarga beserta anggora keluarganya dengan pekikan yang spontan: "Hidup pak Yani"



Bawah:

Bersahabat dengan Pastor:

Untuk mengantar masuk para pendengar kedalam pokok ceramahnya, beliau mulai dengan cerita perkenalannya dengan dua orang pastor yang kemudian menjadi sahabat kental beliau.

Pastor yang pertama adalah pastor tentara Amerika Serikat, ketika Jen. A. Yani mendapat pendidikan perwira tinggi di Arkansas, Amerika. Sebentar saja keduanya sudah menjadi sahabat.

Pastor yang kedua adalah pastor tentara beliau sendiri ketika operasi di Padang. Dari pastor ini pak Yani dapat belajar banyak, dan sebaliknya pastor ini mendapat pelajaran banyak dari pak Yani.

"Sebenarnya pastor pastor itu tidak buruk" tukas pak Menteri menutup ceritanya.




Bawah:

Jam 11.30 Pak Menteri / Panglima AD. Yani dan rombongan tiba. Dari kira kira 20 orang rombongannya diantaranya ada 11 orang Brigadir Jenderal dan Mayor Jenderal. Brig.Jen D.I.Pandjaitan no,2 dari kanan.




Bawah:

MENGAPA KONFRONTASI?

Mengapa kita berkonfrontasi? Demikian pak Yani masuk ke inti ceramahnya. Lalu beliau menjawab sendiri.

Karena kita ingin merdeka penuh. Merdeka dalam segala lapangan, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun dalam bidang militer.

Kini selutuh Asia sedanga bergolak. Masing masing dengan caranya sendiri, namun semua bertemu pada poros yang sama: "Ingin merdeka dan merdeka penuh !".


Bawah:

Sesudah pak Menteri beristirahat berlangsunglah acara penerimaan kata sambutan dari bapa rumah dan ditutup dengan lagu: "Tanah Tumpah Darahku", gubahan Simanjuntak.



Bawah:

Ceramah Pak Yani: Senjata Senjata musuh:

Selanjutnya pak menteri memberi kemungkinan kemungkinan yang bisa dijalankan musuh dalam penggempuran Indonesia.:

1- STRATEGIC BOMBING:
Yaitu serangan terhadap suatu daerah atau proyek. Dengan serangan semacam in lawan dapat di lumpuhkan.

2- LIMITED OBJECTIVE ATTACK:
Serangan diarahkan pada suatu tempat terbatas/ terdekat.

3-SUBVERSI
Suatu senjata yang tidak terlihat, tetapi amat destruktif (menghancurkan). Seluruh kekuatan dan kesatuan bangsa dapat dihancurkan oleh senjata ini, dan ini sedang dijalankan musuh.

4-INVASI:
Kemungkinan yang terakhir adalah invansi (penyerbuan pasukan)

25 Sept 1965
Ledalero


Bawah:

Yang mulia melangkah ke ruang ceramah, dimana hadirin sudah menantikan.


Bawah:

Lanjutan Ceramah YANI: SUBVERSI PALING BERBAHAYA.

---------- "Dari ke empat kemungkinan ini, Subversi lah yang paling berbahaya. Ini sedang dijalakan musuh dalam segala lapangan.

Subversi sangat berbahaya, jelas!! Karena musuh akan menggunakan orang orang Indonesia sendiri. Kita akan di adu domba, kita sama kita, golongan ini dan golongan lainnya.

Puncak dari adu domba tersebut adalah: Tabrakan antara orang Indonesia dengan orang Indonesia. Lalu musuh memantau dari jauh. Akibatnya persatuan retak, kekuatan terbagi dan musuh tertawa lega. Sikap kita adalah waspada.

Agama mampu mempersatukan bangsa. Dan dalam lapangan inilah para pastor mempunyai kemampuan besar!"-------------

Demikain pak Yani mengakhiri ceramahnya.
----------------------------------------------------------
25 September 1965
Ledalero.



Bawah:

Bersama ke ruang ceramah. 5 hari kemudian (berselang), bersama menjadi PAHLAWAN. 

Brig.Jen DI. Pandjaitan sbg Assiten Pak Yani, berjalan paling kanan. Didampingi Brig.Jen Alamsyah RPN (kiri) . 5 hari kemudian 1 Oktober 1965, mereka tewas di tembak ketika rumahnya diserbu 50 orang pasukan G30S/PKI bersenjata lengkap.



Bawah:

Let.Jen Yani: "SAYA AKAN DATANG LAGI"

Tanggal 4 Oktober 1965 berita tewasnya pak Yani cs. jadi pasti dengan diketemukannya jenazah2 mereka di suatu tempat bernama "Lubang Buaya". Sebagai korban dari apa yang menamakan dirinya "Gerakan 30 September 1965"

Maka kenangan mendalam pada pak Yani cs., hidup pula pada komunitas frater, suatu kenangan yang tak terlupakan.

Terpenuhilah janji beliau, sewaktu meninggalkan kami: "SAYA AKAN DATANG LAGI". Bukan dalam bentuk tubuh tetapi dalam bentuk kenangan yang hidup.

Pak Yani cs. telah gugur, tetapi tetap hidup, masih hidup dalam kesan kesannya yang baik bersama kesederhanaanya "een sympatieke man" demikian seorang Professor terkesan oleh kepribadian pak YAni, yang sekarang menjadi DJENDERAL JANI Anumerta.

4 Oktober 1965



Bawah:

Diantara rombongan terdapat juga Tjatur Tunggal dari Kupang dan Maumere. Rakyat pada bangga melihat pemimpin bangsanya.



Bawah:

Pembela Tanah Air

- Siapa yang sungguh sungguh melaksanakan tugas jabatannya, ia melayani tanah air paling baik.

- Pengabdi tanah air sejati adalah mereka yang berani memikul korban bagi tanah airnya.

- Tak ada orang yang cinta nya lebih besar daripada orang yang menyerahkan sendiri nyawanya bagi temannya.

- Siapa yang mati untuk tanah air akan hidup terus.




Bawah:

Ketika hendak meninggalkan Ledalero, Pak Yani berjanji pada keluarga:
"NANTI SAYA DATANG LAGI PASTOR RECTOR"



Bawah:
BERJIWA BESAR

Kebesaran jiwa nyata dalam tingginya tujuan.

Seorang berkepribadian besar berkeyakinan bahwa ia dilahirkan bukan bagi dirinya, melainkan bagi bangsanya, malah seluruh dunia.

Jiwa kita sebesar kasih kita

Tak ada kasih lebih besar daripada mengorbankannya untuk nusa dan bangsa.






Bawah:

Keluarga Seminari Tinggi Ledalero turut berduka dengan menaikkan bendera setengah tiang.

4 Oktober 1965
Ledalero







Bawah:

MATI TAPI HIDUP.

Bukanlah suatu kegagaln hidup jika mati dalam perkara besar.

Apa itu kematian dibanding sesuatu yang mulia?

Siapa yang matiu untuk tanah air akan hidup terus.

SAiap yang hidup dalam pikiran tidak akan mati. Yang mati adalah yang terlupakan.

"Aku akan datang lagi" janji pak Yani. Yaitu kembali dalam roh, semangat dan kenangan yang hidup.




Bawah:
MISA mendoakan Pahlawan Pahlawan Revolusi
Disini kami berdoa untuk arwah arwah beliau.