Foto Galeri- Rekonst penyerbuan Rumah DIP 65

Foto2 Rekonstruksi Penyerbuan Rumah D.I. Pandjaitan 1965


Dibawah adalah Foto Foto urutan rekonstruksi penyerbuan dan penculikan di rumah DI.Pandjaitan pada 1965.

Rumah DI.Pandjaitan tidak dijaga oleh tentara. Penyerbuan dan penculikan D.I Pandjaitan dilakukan selama 1.5 jam pada dini hari jam 3.30 sd jelang pagi 5.00 di jl. Hasanuddin 53, Kebayoran Baru pada tanggal 1 Oktober 1965.

Pasukan penculik berjumlah 50 orang menggunakan senjata automatis M3 "Grease Gun" . Ditemukan 20 Magazine cartridges habis, Kira kira 400 peluru ditembakkan di luar dan dalam rumah .

Sedemikian lama mereka berusaha masuk sambil menembaki rumah. dan akhirnya berhasil masuk. Tetapi tidak berani naik ke atas, karena DI.P di atas dengan senjata juga.

Pasukan penculik mengancam akan menghabisi semua keluarga jika DI.P tidak menyerah dan turun. Sehingga hari sudah menjelang terang dan sebagian pasukan sudah lari meninggalkan teman temanya yg masih berada di dalam rumah.

Pasukan yang tertinggal menjadi bingung, dan pergi ke jalan dan membajak suatu truk milik PERURI untuk membawa mayat DI.Pandjaitan ke Lubang Buaya, Jakarta Timur.


Bawah: Kota peluru yang tertinggal 1965 oleh pasukan Cakrabirawa


Bawah Senjata M3 "Grease Gun" pasukan Cakrabirawa:



Mereka terdiri dari pasukan Cakrabirawa dan dari suatu Bataliyon  Jawa Timur. Awalnya dini hari, mereka loncat masuk ke rumah, pasukan marah2 karena tidak berhasil menemukan jalan masuk ke kamar D.I. Pandjaitan yang berada di lantai atas.

Karena kesal tidak menemukan jalan masuk ke ruang dalam, akhirnya pasukan tersebut menembaki seluruh rumah menggunakan senjata automatis M3 "Grease Gun". Jumlah selongsong peluru ditemukan melebihi 400 tembakan sehingga menghancurkan rumah sampai ke atap atap. Rumah tsb hancur tidak bisa ditinggali lagi selama 1 bulan.

Sebagian pasukan berhasil memasuki kamar tidur dua orang keponakan DI.Pandjaitan, di ruang bawah. Saat itu mereka  adalah mahasiswa UI, yaitu Viktor Naiborhu dan Albert Naiborhu,. Kedua nya ditembak, Albert tewas ditempat dengan 5 peluru bersarang di perut dan Viktor selamat ttp kakinya ditembak.

Karena hari sudah mulai terang, sebagian besar pasukan penculik lari dengan Truk, meninggalkan rumah DI.Pandjaitan dengan semua kendaraan mereka, sehingga meninggalkan beberapa pasukan didalam rumah yang sedang berada di ruang tamu dan menembaki ruang atas.

Setelah terus menerus kamar DI. Pandjatan dan Kamar anak anak diatas di tembaki sd jam 5 pagi , akhirnya D.I Pandjaitam memnuhi permintaan pasukan , yaitu segera turun ke bawah.

Pasukan penyerbu berteriak bahwa DI.P harus segera turun karena di panggil Presiden ke istana. Sambil di tembaki, DI.Pandjaitan menjawab, bahwa jika dipanggil ke istana maka DI.Pandjaitan ingin berseragam Kehormatan.

Sehingga dia memutuskan tidak langsung turun tetapi ganti pakaian dengan Pakaian Kehormatan TNI.AD. Selanjutnya DI.P turun kebawah dimana sisa pasukan yang tidak lari, telah menuggu dengan senjata.

Sesampai dibawah, DI.Pandjaitan berjalan ke halaman, Seperti telah mengetahui akan nasib akhirnya, DI.Pandjaitan berhenti di halaman depan dan berdoa. Saat berdoa DI.Pandjatian ditembak  dengan senjata automatis, DI. Pandjaitan tewas seketika ditempat dengan Seragam kehormatan TNI-AD.

 Dua orang anak DI.Pandjaitan melihat dari atas ayahya di tembak mati saat berdoa (bawah):


Karena hari sudah pagi , Jumat, 1 Okt 1965 dan mulai terang jam 5.00, sebagian besar pasukan sudah lari menggunakan dua kendaraan bus mereka. Sedangkan sisa pasukan cakrabirawa yang masih berada di dalam rumah menjadi bingung, bagaimana membawa jenazah DI.Pandjaitan ke Lubang Buaya Jakarta Timur? Posko mereka berada di Lubang Buaya Jakarta Timur.

Tiba tiba salah satu pasukan melihat Truk Peruri melintas dan segera membajak dan menodong pengemudi itu. Karerna pintu pagar rumah setinggi 2 meter masih dalam keadan terkunci, maka pasukan melemparkan jenazah DI.Pandjaitan dari ketinggian pagar pintu 2 m. dan selanjutnya melempar jenazah ke dalam Truk PT. Peruri yg dibajak, Dan dibawa ke Lubang Buaya pada jam 5.00 pagi,, 1 Oktober 1965.

Bersamaan dengan jenazah DI.Pandjaitan juga dibawa satu tawanan seorang Polisi bernama Ajun Sukitman (http://id.wikipedia.org/wiki/Soekitman) yang sedang berpatroli dg sepeda di depan rumah DI.P. Polisi inilah yang kemudian dapat lari dari tawanan di Lubang Buaya Jaktim dan menjadi pentunjuk utama dalam menemukan lokasi ke 6 Jenderal TNI.AD dan satu perwira TNI.AD yang di culik dan dibunuh di Lubang Buaya.

Foto Foto rekonstruksi 1965 di Rumah DI.Pandjaitan , Kebayoran Baru Jakarta:

Foto dibawah:
Ny. Marieke - DI. Pandjaitan menunjuk ke arah Blok M, dimana bus pasukan penculik berada, 1965


Bawah:
Para Staf Pamen melakukan persiapan rekonstruksi penculikan D.I.Pandjaitan 1965, di pagar depan kiri rumah



---------------

Rekonstruksi penyerbuan dan penculikan di rumah DI.Pandjaitan di mulai.:
----------------------------------------------------------------------
Bawah:
Pd hari jumat dini hari jam 3.30 pagi, 1 October 1965, sebanyak 50 orang pasukan bersenjata terdiri dari Cakrabirawa Pengawal Istana dan bbrp tentara dari suatu Bataliyon dari Jatim, turun dari tiga kendaraan bus mereka, yang berjarak hanya 50m dari rumah DI.Pandjatian, Jl. Hasanuddin, Kebayoran Baru, Jakarta. Pada latar belakang terlihat kompleks deplu Blok M pd 1965.


Bawah:
Pasukan dari bus turun dan berjalan menuju kediaman DI.Pandjatian di jl. Hasanuddin Kebayoran Baru. Bus lainnya ke jl. Aditiawarman (lihat pea bawah). Latar belakang foto dibawah terlihat BLok M Kebayoran pd 1965.


Bawah:
50 orang tentara dipimpin Cakrabirawa berjalan menuju rumah DI. Pandjaitan pd dini hari jam 3.30 pagi. Latar belakang terlihat kompleks Deplu Blok.M 1965.


Bawah:
Pasukan berjalan mendekati rumah DI.Pandjaitan jl. Hasanuddin Kebayoran. 
Latar belakang terlihat Blok M pd 1965.


Bawah:
Sersan dari Cakrabirawa memimpin 50 orang pasukan bersenjata senapan mesin M3 "Grease Gun".



Bawah:
Pasukan sudah sampai di jl.Hasanuddin dan salah seorang segera mengamankan kompleks deplu yang berada disebelah rumah DI. Pandjaitan.



Bawah:
Peta situasi tumah DI.P dan sekelilingnya pada saat penculikan. Ke 50 pasukan cakrabirawa dan Batalion sudah mengepung dan memutuskan kabel telfon. Rumah DI.P di kebayoran sudah di kepung dari depan Jl Sultan Hasanuddin dan dari belakang Jl. Aditiawarman. Tetangga belakang rumah semapt keluar melihat banyak tentara di Aditiawarman 1 , tetapi disuru masuk lagi.



Bawah:
Salah satu pasukan meloncat pagar dan masuk ke rumah DI.P, dini hari 3.30, 1 Okt 1965.



Bawah:
Sebagian masih berada di luar mengamati dan bersiap loncat masuk ke rumah DI.P.



Bawah:
Pasukan mulai melomcat pagar kiri depan rumah DI.Pandjaitan




Bawah:
Berjaga jaga didepan rumah DI.P jl.Hasanuddin




Bawah:
Pasukan berikutnya meloncat masuk dari pagar kiri rumah DI.Pandjaitan.




Bawah:
Pasukan sudah didalam rumah dan mulai mengamati jalan masuk ke dalam


Bawah:
Salah satu pasukan mangamati lantai atas


Bawah:
Bersiap menembak dari halam depan rumah




Bawah:
Seorang pasukan bersenjata, dari halaman dalam rumah sedang mengamati teras kamar anak anak di lantai atas





Bawah:
Berusaha masuk kedalam dari pintu depan, tetapi gagal.




Bawah: Seorang dari pasukan Cakrabirawa mengamati lantai atas rumah.


Bawah:
jam 3.30 pagi, 1 okt 65, ny. DI. Pandjaitan yang berada di lantai atas mendengar suara gaduh dibawah dan berusaha melihat kebawah. Awalnya ny. DI.P hanya menduga ada maling masuk ke rumah sebelah dan sedang di kejar oleh masyarakat. Dan mengatakan pd DI.P bawah hanya maling yang loncat ke tetangga dan sedang di kejar.





Bawah:
Beberapa pasukan berhasil masuk dari pintu garasi dan membangunkan semua pembantu rumah tangga,  untuk menanyakan lokasi kamar tidur DI. Pandjaitan. Jam 4 pagi, 1 Okt 1965. Erni (bawah) dipukuli oleh tentara.


Bawah:
Dalam keadaan gelap jam 4 pagi , pasukan masuk ke dalam ruang belajar lantai bawah dan mulai menembaki secara sembarang.



Kesal tidak menemukan DI.P, salah satu pasukan memukuli dan menembak salah satu pelayan, menyerempet kepala, selamat. Selanjutnya menembaki secara sembarangan.


Bawah:
Pasukan di lantai bawah, marah dan menembaki scr sembarangan di dalam rumah karena kesal tidak menmukan DI.P


Bawah:
Masuk ke salah satu kamar dibawah dan langsung menembak keponakan DI.P yaitu : Albert Naiborhu dan Victor Naiborhu serta Leleng Pandjaitan.








Bawah:
Kembali mengancam akan menembak jika tidak diberitahu dimana DI.P






Bawah:
Pasukan mulai memasuki ruang tamu di dalam untuk mendekati tangga ke lantai atas lokasi kamar DI.P




Bawah:
Salah satu pasukan berhasil masuk ke kamar Albert Naiborhu dan Viktor Naiborhu, dua mahasiswa FE.UI keponakan DI.Pandjaitan. Dan langsung menembak kedua mahasiswa itu. Albert tewas di tempat dengan 5 peluru di perut. Dan Victor terken tembakan2 di paha dan kaki.


Bawah:
Begitu masuk pasukan tsb langsung menembak Albert Naiborhu yang tewas seketika terkena 5 peluru di bagian perut. Sementara Viktor terkena bebrapa tembakan di kakinya tetapi berhasil selamat. Sebelum tewas Albert sempat berteriak agar pamannya DI.P tidak meyerah,


Bawah:
Albert Naiborhu (keponakan DI.P) tewas dg 5 peluru di perut dan Viktor Naiborhu tertembak bagian kaki dan bertahan hidup. Mereka berdua tergeletak di kamar mereka.


Bawah:
Dalam keadaan gelap dan sambil teteap menembakin, pasukan menemukan tangga utama di dalam rumah dan memaksa salah satu pelayan untuk naik memanggil DI.P agar turun ke bawah.



Bawah:
Dalam keadaan gelap pasukan menembakin ke arah kamar atas. Tetapi tidak ada yang berani naik ke lantai atas, karena diduga DI.P juga sudah bersenjata di atas.



Bawah:
DI.P yang sudah bangun segera mempersiapkan senjata untuk melawan


Bawah:
Pasukan menembakin ke atas dan berteriak agar DI.P turun kebawah, karena dipanggil ke istana.


Bawah:
DI.Pandjaitan berusaha melihat jumlah pasukan yang menembaki dari bawah, tetapi keadaan sangat gelap, semua lampu mati.



Bawah:
Ketika akan menembak balik, senjata DI.P macet.


Bawah:
Ny. DI. P mengingatkan bawha akan sangat berbahaya jika menembak balik karena banyak anak anak di lantai sedang tiarap.


Bawah:
Semua anak anak mendekati ayahnya dalam keadaan tiarap karena ditembakin terus menerus.


Bawah:
Akhirnya , denga korban 2 keponakan sudah tertembak dan satu tewas seketika (Albert Naiborhu), satu pelayan tertembak di kepala tp masih hidup, DI.P memutuskan turun kebawah. Tetapi ganti baju dengan baju Kehormatan TNI.AD, karena akan dibawa menghadap ke Istana.


Bawah:
DI.P turun kebawah memakai seragam kehormatan TNI.AD


Bawah:
Sesampai di halaman bawah, DI.Pandjaitan berdoa dan selanjutnya di tembak mati ketika berdoa,  oleh sisa pasukan Cakrabirawa dan batalyon dari jatim. Sisa pasukan lain sudah lari meninggalkan tempat karena hari sudah terang pagi jam 5.00.


Hanya beberapa pasukan Cakrabirawa yang tersisa di rumah DI.P dan mereka panik karena semua kendaraan mereka sudah lari meninggalkan mereka di tempat karena hari sudah terang. Sisa pasukan tersebut melihat Truk Dodge Peruri melintas dan segera membajak truk tersebut (gambar bawah). Karena pagar depan ruma masih terkunci maka jenazah DI.P dilempar dari pagar 2m dan di lemparan lagi ke dalam Truk untuk dibawa ke Lubang buaya.


Mobil Rampasan untuk membawa jenazah DI.Pandjaitan (Bawah)



Atas, Mobil Truk DODGE- rampasan danri PT. Peruri:

sumber foto; http://ayiqurrota.blogspot.co.id/2015/05/trip-to-monumen-pancasila-sakti_3.html


Atas:
Truk Dodge Peruri di foto malam hari 30 Sep 2015 di Lubang Buaya, oleh Tuthy.P putri DI.P

Mobil truk Dodge yang digunakan oleh pemberontak G30S/PKI untuk membawa jenazah Brigjen TNI D.I. Pandjaitan adalah mobil truk Dodge 1961 buatan Amerika Serikat dengan nomor polisi B 2982 L, merupakan replica kendaraan jemputan P.N. Arta Yasa yang sekarang merupakan divisi cetak uang loga Perum Peruri.

Kendaraan tersebut dirampas oleh pemberontak G30S/PKI di sekitar Jalan Iskandar Syah, daerah Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada waktu itu kira-kira pukul 04.00 WIB, mobil tersebut berangkat dari kantor/ pool kendaraan Perum Peruri. Setelah sampai di Jalan Iskandar Syah, truk dicegat dan dihentikan paksa oleh pasukan penculik berpakaian loreng dan memakai baret.

Ketika mobil tersebut melewati orang-orang yang berpakaian loreng tersebut, supir yang bernama Oman ditodong dengan senjata yang ditembakkan keatas sehingga supir ketakutan dan memberhentikan mobilnya. Akhirnya mobil tersebut dirampas dan digunakan oleh pemberontak G30S/PKI untuk menculik dan mengangkut jenazah Brigjen TNI D.I. Pandjaitan dari rumahnya di Jalan Hasanudin53 Kebayoran Baru menuju ke daerah Lubang Buaya, Pondok Gede.


Bawah: Peta Rumah DI.P Kebayoran Baru dan Lubang Buaya Jakarta Timur