Sambutan Jenderal TNI.AD AH Nasution


Pada tiap tanggal 1 Oktober diperingati Hari Kesaktian Pancasila, dimana 29 tahun yang lalu yaitu pada tanggal1 Oktober 1965 telah terjadi pemberontakan PKI dkk. dengan memfitnah serta membunuh pimpinan AD untuk menggantikan dengan orang-orang mereka. PKI melangsungkan gerakan pembersihan terhadap anggota-anggota apa yang mereka tuding sebagai Dewan Jenderal yang katanya telah merencanakan kup "menjelang Hari ABRI 5 Oktober 1965" itu. D.l. Pandjaitan adalah salah satu Pahlawan Revolusi yangjadi korban fitnah oleh PKI, karena pada masa itu D.l. Pandjaitan adalah Asisten IV Men.Pangad dengan Jenderal Yani sebagai Men.Pangad dan saya sebagai Menko Hankam/KSAB.

Saya mengenal Mayjen D.I. Pandjaitan sebagai teman seperjuangan Dimasa bertugas memimpin AD periode pemberontakan pemberontakan didaerah serta intervensi USA. 

AD memprakarsai perjuang Cita cita proklamasi yaitu menuju Indonesia merdeka, bersatu, adil dan makmur. Mayjen D.l. Pandjaitan ditugaskan sebagai Atase militer. Sewaktu Pandjaitan bertugas di luar negeri, dialah yang Merekrut mahasiswa Irian Barat Frits Krieheo yang sedang belajar di Universitas Leiden untuk bergabung dengan Penerintah RI dalam rangka pengembalian Irian Barat ke pangkuan Rl. Dan juga kemudian Pandjaitanlah yang membawa tokoh mahasiswa tersebut juga tokoh tokoh gereja menghadap saya. Kemudian mahasiswa Irian Barat bergabung dalam rombongan ke PBB untuk masalah Irian Barat.
Adapun mengenai pemberontakan-pemberontakan daerah serta intervensi USA saya lampirkan tulisan saya berjudul "Pemberontakan dan lntervensi USA". Demikianlah sekilas kenangan saya terhada perjuangan Mayjen D.I. Pandjaitan, semoga perjuangan beliau menjadi contoh bagi generasi penerus bangsa.

lnilah akibat dari peristiwa Madiun yang tidak diselesaikan secara afdol, baik secara hukum maupun secara sosial politik sehingga dengan kerjasama dengan Presiden mereka tidak bisa bangkit kembali dan membikin G30S dalam suasana kita terlalu mengagungkan revolusi.

Dari itu saya juga ikut berpendapat bahwa peralihan orde lama kr orde baru (koreksi total di segala bidang) mestinya bersasaran:

a. Pembangunan nasional,

b. Pelaksanaan murni dan konsukuen UUD 45 sebagaimana diamanatkan oleh UUD dan dijunjung tinggi oleh seluruh rakyat. Yaitu hanya menyebut murni melaksanakan dan konsekuen Pasal 5 UUD 45 (pembaruan politik, namun tidak tegas-tegas juga meneruskan pelaksanaan demokrasi politik) agar supaya seluruh kegiatan pembangunan adalah berdasar atas pasal 33 UUD (haruslah pembangunan ekonomi juga dibarengi dan diutamakan pembangunan demokrasi politik}, agar supaya sebagai usaha bersama seluruh rakyat ditujukan kepada kepentingan bersama dan bukan kepada sekedar' kepentingan konglomerasi misalnya yang kini menjadi-jadi.

Demikianlah suasana ABRI di masa saya berhubungan erat dengan Mayjen Pandjaitan yang berperan banyak dalam persoalan dua konfrontasi serta dalam mengupayakan selalu adanya hubungan baik saya dengan MBAD, persoalan yang kami hadapi adalah banyak, tapi Pandjaitan adalah lincah membantu saya dari posisinya di AD juga dalam keadaan timbulnya kortsleting antara Yani dan saya. Saya selalu kenangkan peranannya itu.

Kemudian dari pada itu saya menilai Pandjaitan sebagai perwira teritorial yang lincah: Ia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Semasa menjabat Atase Militer di Bonn ia dapat bergaul dengan bebas dengan tentara Jerman. Pandjaitan banyak berkhotbah di Gereja-gereja pada waktu itu. Begitupun ia berhubungan baik dengan sejumlah Dewan Gereja di Negeri Belanda, yang kami pengaruhi agar supaya lebih mementingkan hubungan baik Rl-Belanda dan guna pembangunan ekonomi daripada kehendak Belanda untuk tetap bercokol di Irian Barat. Saya yakin ia tidak sia-sia. Begitu pula Pandjaitan mengupayakan hubungan baik antara kami, TNI dengan politisi di Jerman Barat, sehingga an tara lain Ketua Partai Kristen Demokrat di sana selalu berhubungan rapat dengan saya di Jakarta. Begitu pula ia memelihara hubungan baik dengan mahasiswa mahasiswa Indonesia antara lain Habibie yang dewasa itu banyak belajar di Jerman Barat.

Pendeknya Pandjaitan itu selalu muncul dalam berbagai aspek perjuangan kita di waktu itu, hal mana adalah a:rriat penting dewasa itu karena telah jadi tekad TNI pada waktu mengupayakan kembali ke UUD 45 agar seterusnya TNI menjadi jajar juang bagi pejuang patriot disegala bidang kehidupan. Karena itu dengan mengenai Pandjaitan, tibalah mengenangkan masa-masa mendinamisasi perjuangan Rl sesuai tekad kembali ke UUD 45. Maka saya selalu menganggap Pandjaitan dewasa itu sebagai ternan seperjuangan diAD. Demikian hubungan saya. D.I. Pandjaitan adalah juga seorang idealis TNI.


Jakarta Oktober 1997
A.H. Nasution

kembali ke daftar isi